Sabtu, 16 Juni 2012

Sejarah Perkembangan Kawasan Pasar Bintoro


Tanggal 28 Maret 1503 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Demak. Hal ini merujuk pada peristiwa penobatan Raden Patah menjadi Sultan Bintoro yang jatuh pada tanggal 12 Rabiulawal atau 12 Mulud Tahun 1425 Saka (dikonversikan menjadi 28 Maret 1503).
Dalam Babat Tanah Jawi, tempat yang bernama Demak berawal dari Raden Patah diperintahkan oleh gurunya (Sunan Ampel) agar merantau ke Barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung hutan/tanaman Gelagah Wangi letaknya berada di Muara Sungai Tuntang yang sumbernya berada di lereng Gunung Merbabu (Rawa Pening). Hingga sekarang ini Nama Bintoro masih di kenal dengan nama suatu desa di daerah Demak. Namun dahulunya nama Bintoro adalah nama Kota Demak itu sendiri pada zaman Kasultanan Sultan Fatah.berdasarkan keterangan dari juru kunci makam Sentoro Ratu Kauman Demak Bapak Syamsuri (alm), bahwa nama Bintoro di ambil dari nama pohon Bintaro yang dahulu pernah tumbuh di sekitar Hutan Glagah Wangi.
Menurut Prof. Soetjipto Wirjosoeprapto, setelah hutan Gelagah Wangi ditebang dan didirikan tetrukan (pemukiman), baru muncul nama Bintoro yang berasal dari kata bethoro (bukit suci bagi penganut agama hindu). Pada kawasan yang berada di sekitar muara Sungai Tuntang, bukit sucinya adalah Gunung Bethoro (Prawoto) yang sekarang masuk daerah Kabupaten Pati.
Menurut beberapa sumber lain menyebutkan bahwa nama bintoro diambil dari nama pohon Bintoro yang dulu banyak tumbuh di sekitar hutan Gelagah Wangi. Ciri-ciri pohon Bintoro mulai dari batang, daun, dan bunganya mirip dengan pohon kamboja (apocynaceae sp.), hanya saja buahnya agak menonjol seperti buah apel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar